It’s You ‘’Part 1’’




Cast :
       Angela Smith
       Marc Marquez
       Jorge Lorenzo
       Caroline Houtson
       Other cast
Rating : PG -
Genre : Romance

Pagi itu matahari telah menampakkan diri. Sinarnya telah dirasakan oleh semua makhluk penghuni bumi terutama di daerah Gothenburg-Swedia. Semua masyarakat di daerah tersebut nampak sibuk akan pekerjaan mereka masing-masing.
Angela hari ini mendapatkan jam kuliah pagi. Gadis itu harus segera pergi ke kampus agar dirinya tidak tertinggal bus. Maklum saja di daerah ini kendaraan untuk mahasiswa masih terbilang cukup terbatas.
“Angela..” suara lelaki itu seketika menghentikan langkah kakinya. Dengan segera gadis itu memutar penglihatan menghadap sumber suara.
“Marc, ada apa?” ujarnya sembari mengernyitkan dahi.
“Hmm. Tidak.. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepadamu?” ujar lelaki berdarah Spanyol itu.
“Apa? Katakan saja sekarang atau aku akan tertinggal bus” Angela menatap intens Marc.
“Baiklah. Apa kau mengenal gadis itu?” Marc menunjuk salah seorang gadis yang masuk ke dalam bus di seberang sana.
“Ya. Dia Caroline mahasiswi jurusan desain grafis” Angela menatap gadis yang baru saja menempati kursinya itu. “Sudahlah aku tak punya banyak waktu untuk membicarakan gadis itu. Apa ada hal lain lagi yang ingin kau tanyakan?” lanjutnya.
“Tidak. Terima kasih. Selamat beraktifitas nona” Marc tersenyum sebelum kemudian berlalu kembali ke asrama.
Melihat lelaki itu mulai menjauh Angela segera bergegas menuju bus, ia tak mau kejadian kemarin terulang kembali.
***
Setibanya di kampus gadis itu segera menuju ruangan yang akan digunakannya pada mata kuliah jam pertama pagi ini. Angela meletakkan tas ransel pada tempat duduknya. Mata indah gadis itu menatap dua tempat duduk di belakang.
‘Ada tasnya. Mereka dimana?’ batin Angela. ‘Kantin’ kata-kata yang melintas tanpa sengaja di benaknya itu seolah menjadi jawaban atas pertanyaan batinnya barusan.
Angela yang terburu-buru keluar ruangan, tidak mengetahui jika dari arah berlawanan ada seseorang yang juga sedang melintas. Gadis itu tanpa sengaja menabrak lelaki yang terlihat membawa dua buah minuman pada kedua tangannya, alhasil pakaian mereka terkena noda minuman tersebut.
“Sorry..” ujar Angela pelan. Mata gadis itu tertuju pada pakaian lelaki di hadapannya. Noda berwarna coklat terlihat cukup jelas di sana.
Tangan Angela nampak ingin membersihkan noda tersebut. Atau mungkin saja tangan gadis itu akan berhasil membersihkan noda kopi putih tersebut jika lelaki di depannya tidak memundurkan langkah kakinya.
“No!” ujar lelaki itu sembari menatap tajam wajah Angela.
Angela tersontak mendengar suara lelaki yang merupakan kakak tingkatnya itu. Mata gadis itu menatap bayangan lelaki yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya.
***
Langit malam terlihat begitu indah, bulan pun nampak begitu sempurna. Benda angkasa itu seperti ingin menunjukkan keindahan cahayanya kepada semua warga Gothenburg. Namun nampaknya kali ini yang menjadi subjek utama bulan tersebut untuk memamerkan cahayanya adalah mahasiswa yang menempati asrama Universitas of Gothenburg. Ya, mereka yang menempati asrama itu di suguhkan pemandangan yang cukup indah. Apalagi pada bagian belakang asrama yang terdapat sebuah danau berukuran cukup besar ditambah langit malam yang begitu indah menjadikan pemandangan malam ini sungguh sempurna.
Nampak seorang gadis berada di taman belakang asrama Gothenburg. Gadis itu terlihat sibuk dengan kanvas sedang yang sudah penuh warna di hadapannya.
“Hai. Apakah aku mengganggumu sekarang?” tanya Marc menatap wajah Angela.
“Tidak” jawab gadis itu sembari terus fokus pada lukisannya.
“Kedengarannya baik” Marc tersenyum. “Hmm, apakah besok kau ada kegiatan atau acara lain?” Lelaki itu menaikkan alis matanya.
“Aku fikir tidak. Ada apa?” Angela menatap lelaki di sisi kanannya itu.
“Ada beberapa buku yang harus aku cari sebelum ujian semester. Jadi, jika kau tidak keberatan aku ingin mengajakmu untuk pergi ke toko buku. Bagaimana? Apakah kau mau menemaniku?” Marc membalas tatapan Angela. “Ya, lagi pula aku belum begitu paham dengan daerah ini” Marc tersenyum sempurna.
“Tidak perlu berfikir seperti itu, aku sama sekali tidak merasa keberatan jika kau ingin mengenal daerah ini” Angela membalas senyuman Marc.
“Haha. Baiklah terima kasih” Marc terlihat sedikit memainkan mata coklatnya. “Kau pandai melukis? Kalau aku boleh tahu lukisan siapa yang sedang kau kerjakan?” mata Marc mencoba untuk melihat lukisan yang di kerjakan Angela.
“Oh, tidak. Ini bukan apa-apa. Hanya.., hanya lukisan biasa” ujar gadis itu terbata-bata. “Aku masuk dahulu ini sudah larut. Selamat malam” lanjut Angela sembari membawa alat lukisnya bersamaan dengan lukisan yang belum selesai itu menuju kamar tidurnya.
“Sudah larut?” Marc melihat arloji hitamnya “Padahal ini baru pukul 8 malam. Huft, ntahlah” lelaki itu terlihat menaikkan kedua pundaknya sebelum kemudian berjalan menuju asrama laki-laki yang berada di seberang asrama wanita.
***
Mata Angela seketika membulat sempurna saat melihat tiga anak laki-laki yang nampak sedang bersantai di koridor asrama. Tanpa fikir panjang gadis itu segera meletakkan terbalik kanvasnya di sisi tembok dan dengan cepat ia menghampiri ketiga anak laki-laki itu.
“Permisi” ujarnya pelan.
Mendengar suara Angela ketiga lelaki itu seketika menghentikan tawa mereka. Aleix yang merasa tidak mengenali wanita dihadapannya segera memasang tatapan intens kepada Angela mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki gadis itu. Sesaat kemudian lelaki itu terlihat saling menatap satu sama lain dengan Dani yang juga terlihat tidak mengenali gadis di hadapan mereka.
“Maaf, ada yang bisa di bantu?” Aleix tersenyum.
“Hmm, aku hanya ingin men—“
Belum sempat Angela melanjutkan kalimatnya, Jorge yang nampak mengenali suara gadis itu segera berdiri menatap gadis di belakangnya. Dengan sigap lelaki itu menarik pergelangan tangan Angela dan membawa gadis itu menuju tangga gedung asrama wanita.
“Ada apa?” tanya Jorge sembari menatap tajam Angela.
“Aku, aku. Hmm aku hanya—“
“Ada apa!?” Jorge menaikkan nada suaranya.
Angela tersontak mendengar suara keras Jorge. ‘Ya Tuhan. Dia sangat membenciku’ batin gadis itu.
“Aku hanya ingin meminta maaf atas kejadian di kampus tadi pagi. Aku benar-benar tidak sengaja. Aku tidak tahu jika kau sedang melintas di sana. Aku benar-benar ingin meminta maaf” Angela tertunduk.
‘Hmm’ Jorge menarik nafas dalam-dalam. “Lain kali hati-hati” ujar Jorge singkat.  Lelaki itu terlihat beberapa kali mengusap-usap dahinya sebelum kemudian berlalu.
Angela terdiam. Di tatapnya bayangan lelaki yang terlihat hampir menghilang dari pandangannya itu dan dengan segera gadis itu menaiki satu per satu anak tangga yang berada di sebelahnya.
***
Pagi ini jalan raya terlihat begitu ramai. Sepertinya masyarakat di kota ini tidak ingin menghabiskan penghujung minggunya hanya dengan berdiam diri rumah saja. Semua kendaraan pribadi mereka terlihat berhamburan memenuhi jalan. Beberapa penumpang bus terlihat sudah mulai mengeluh akibat jam perjalanan yang terasa dua kali lebih lama dari biasanya.
Marc berjalan menuju pintu bus. Tangan kirinya terlihat menggenggam tangan gadis di belakangnya. Setelah melewati padatnya penumpang bus, mereka berdua akhirnya berhasil menemukan pintu keluar dan segera menapakkan kaki pada trotoar jalan.
“Dimana toko bukunya?” tanya Marc kepada Angela.
“Di depan, sekitar tiga bangunan lagi dari sini” jawab Angela sembari menunjuk arah yang dimaksudnya.
“Baiklah. Ayo” Marc mempersilahkan Angela untuk berjalan lebih dahulu.
Setelah melalui perjalanan yang tidak terlalu jauh mereka akhirnya tiba di toko buku yang dimaksud Angela. Tanpa fikir panjang mereka langsung menuju ke lantai dua tempat penjualan buku-buku mahasiswa.
“Marc, silahkan cari buku yang kau inginkan. Aku ingin ke sana sebentar” Angela berjalan berlawanan arah dengan Marc.
Mata gadis itu terlihat begitu teliti membaca satu per satu judul buku di sana. Hingga akhirnya Angela menemukan buku yang ia cari. Tapi, baru saja ia membaca beberapa kalimat dari buku tersebut tiba-tiba Marc menghampirinya.
“Angela, kau sedang apa?” Marc berbisik di telinga gadis itu.
Angela yang sedang fokus pada isi bacaannya tersontak kaget.
“Marc! Apa yang kau lakukan. Apa kau tidak lihat jika aku sedang membaca?” Angela membulatkan matanya menatap Marc.
“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengganggumu. Apa kau menginginkan buku itu?” Marc menunjuk buku yang di baca Angela.
“Hm, tidak. Aku hanya ingin membacanya singkat. Lalu ada apa denganmu? Apakah kau telah menemukan buku yang kau cari?” tanya Angela.
“Ya, aku telah menemukannya. Tapi apakah kau mau membantuku untuk mencari buku yang lainnya?” Marc balik bertanya.
“Tentu. Tunggu sebentar” Angela segera meletakkan buku di tangannya pada rak tempat buku itu semula. “Ayo” gadis itu menarik pelan pergelangan tangan Marc.
“Sekarang buku apa yang belum kau temukan?” Angela menatap lelaki yang kini telah berada satu langkah lebih jauh darinya.
“Kamus visual tipografi” jawab Marc sembari sibuk mencari kamus yang dimaksudnya.
“Apa?” Angela mengernyitkan dahinya. Gadis itu segera menghampiri Marc.
“Kau sudah gila. Itu kamus untuk anak-anak fakultas seni rupa dan desain bukan untukmu Marc!” geram Angela.
Marc tersontak. “Oh bukan, maksudku buku, buku, buku praktek manajemen. Ya buku praktek. Kau carikan saja buku praktek. Masalah kamus, hm, kamus itu hanya untuk.. hm, untukku simpan. Ya, mungkin saja nanti ada yang memerlukannya” Marc sedikit memaksakan senyum di wajahnya yang terlihat gugup.
“Hmm baiklah. Terserah kau saja” di tatapnya singkat wajah Marc. Sebelum kemudian gadis itu berjalan menuju buku-buku untuk fakultas ekonomi.
***
Tanpa mereka sadari matahari sudah menuju ke tempat persembunyiannya. Itu artinya hari sudah hampir gelap. Beberapa orang terlihat ingin menghabiskan sabtu malamnya bersama pasangan mereka masing-masing.
Angela dan Marc masih berada di dalam bus yang akan membawa mereka kembali ke asrama. Mata mereka menatap objek yang menarik bagi mereka sendiri-sendiri.
“Maaf kita hampir kemalaman” ujar Marc menatap gadis di sebelah kirinya itu.
“Tidak apa-apa. Lagi pula ini akhir pekan jadi tidak ada aktivitas yang cukup padat untuk besok” Angela tersenyum, sebelum kemudian gadis itu kembali menatap ke arah luar jendela.
“Ya, kau benar” Marc tersenyum. “Oh ya, mengapa kau tadi terlihat tidak senang di saat aku membeli kamus tipografi?” lanjutnya.
Angela tersontak dan segera memutarkan pandangannya ke arah Marc.
“Hmm tidak. Tidak apa-apa. Aku hanya aneh melihatmu ingin membeli kamus itu. Lagi pula anak-anak desain sering mengatakan mereka saja kurang paham dengan isi dari kamus itu apalagi kau yang bukan jurusan desain. Bisa-bisa kau akan di buat pusing olehnya” Angela tertawa.
Marc ikut tertawa mendengar ucapan Angela. Mata lelaki itu menatap wajah Angela, ‘Gadis ini lucu jika sedang tertawa seperti ini’ batinnya.
***
Malam ini Angela nampak sedang mencari sesuatu. Di temani kedua sahabatnya gadis itu terlihat sibuk naik turun gedung asrama wanita.
‘Ya Tuhan, cerobohnya aku. Mengapa hal ini bisa terjadi?’ batinnya.
“Apakah kau telah menemukannya?” tanya Anne.
“Tidak. Aku belum menemukannya” jawab Angela. ‘Ayo berfikir Angela, berfikir di mana kau meletakkannya’ batin gadis itu sembari terlihat memegangi kepalanya.
“Oh ya, aku ingat!” Angela tersenyum.
Dengan cepat gadis itu menuruni anak tangga menuju koridor asrama di ikuti Anne dan Grace. Sesampainya di tempat yang mereka tuju Angela terlihat memajukan bibir bawahnya.
“Tidak ada” ujar gadis itu kecewa.
Melihat beberapa gadis yang nampak sedang kebingungan, Marc yang tengah melintas di koridor segera datang dan coba untuk membantu.
“Hai nona-nona, ada apa dengan kalian? Mengapa terlihat begitu buruk? Ada yang bisa ku bantu?” tanya Marc tersenyum.
“Marc, apakah kau melihat lukisan Angela?” Grace balik bertanya.
“Lukisan? Lukisan apa? Aku tidak melihatnya sama sekali tidak melihat lukisan apapun” jawab lelaki itu.
“Lukisan yang ku kerjakan semalam Marc. Aku meletakkannya di sini tapi aku lupa mengambilnya, dan sekarang lukisan itu sudah tidak ada” jelas Angela.
“Oh lukisan yang semalam” Marc menghentikan kalimatnya. “Aku tidak melihatnya” lanjut lelaki itu sembari menatap wajah gadis-gadis di hadapannya. “Baiklah, akan ku bantu kalian untuk menemukannya” Marc tersenyum.
Semua bagian asrama telah mereka telusuri. Mulai dari asrama wanita hingga asrama pria, mulai dari bagian koridor hingga bagian belakang asrama. Tapi hasilnya nihil. Mereka belum juga menemukan lukisan itu.
“Ini semua akibat dari kau tidak ingin menunjukkan lukisan itu kepadaku” Marc menatap gadis di sebelahnya.
“Maksudmu?” Angela mengernyitkan dahinya.
“Tidak. Bukan apa-apa” jawab Marc. “Tunggu sebentar. Itu..” Marc menunjuk objek di taman belakang asrama.
Mata Angela membulat sempurna saat melihat apa yang di tunjuk Marc.
“Bukannya itu Caroline, dan itu—“
“Sudahlah, bukan itu yang kita cari” Marc sedikit mengernyitkan dahinya. “Huft, Ayo teruskan pencarian kita” Marc menarik pelan tangan Angela.
***
Matahari telah keluar dari tempat persembunyiannya. Semua penghuni asrama Universitas of Gothenburg sudah berhamburan memenuhi halaman asrama. Pagi ini mereka akan melakukan kegiatan rutin di minggu terakhir setiap bulannya, yaitu pembersihan asrama.
“Ayo cepat semua berkumpul di sini” ujar Mrs. Deasy sembari membawa alat kebersihannya. “Ya bagus. Aku rasa kalian memang sepantasnya seperti ini. Tidak perlu di atur seperti anak kecil” lanjutnya. “Baiklah. Pagi ini seperti biasanya kita akan melakukan—“
“Hust, Angela.” Marc memanggil pelan gadis yang berada tiga baris di depannya.
Mendengar panggilan Marc, Angela segera memutar penglihatannya.
“Ada apa?” tanya gadis itu pelan.
“Apa kau telah menemukan lukisanmu?” Marc balik bertanya. Mata lelaki itu terlihat beberapa kali menatap Mrs. Deasy.
“Tidak. Aku belum menemukannya. Aku benar-benar lupa di mana aku meletakkan lukisan itu. Dan rencananya setelah kegiatan ini aku akan mencari lukisan itu kembali” jawab Angela.
“Memangnya itu lukisan apa? Mengapa begitu penting bagimu?” Marc menatap sekilas Mrs. Deasy yang masih menjelaskan tentang kegiatan pagi ini.
“Kalian paham?” tanya Mrs. Deasy.
“Ya, itu sangat penting. Tapi, tidak. Itu bukan apa-apa” Angela tersenyum.
“Penting tapi bukan apa-apa bagaimana maksudmu? Aku tidak mengerti” Marc mengernyitkan dahinya.
“Marc! Angela!? Apa yang kalian bicarakan?” Mrs. Deasy sedikit mendongakkan kepala menatap keduanya. Semua manusia yang ada di halaman asrama itu pun ikut menatap keduanya. Mendengar nama mereka di panggil Marc dan Angela tersontak. Seakan direncanakan pula mereka pun terlihat menundukkan kepalanya bersamaan. “Baiklah, lakukan tugas kalian dengan benar” lanjut Mrs. Deasy sembari menatap Marc dan Angela.
***
Waktu telah menunjukkan pukul 8:30 AM. Semua mahasiswa terlihat cukup kelelahan dan pekerjaan mereka pun nampak sudah selesai.
“Semuanya kembali berkumpul di halaman utama” ujar Mrs. Deasy. “Terima kasih telah melakukan kegiatan pagi ini dengan baik. Sembari menunggu sarapan yang sedang di sediakan, kecuali Marc dan Angela kalian semua di persilahkan kembali ke asrama untuk membersihkan tubuh kalian masing-masing” lanjutnya.
Marc menatap Angela yang juga sedang menatapnya.
“Angela, Marc. Ikut saya ke ruangan” ujar Mrs. Deasy yang berjalan lebih dahulu dari keduanya.
Setibanya mereka di ruangan Mrs. Deasy, Angela masuk terlebih dahulu dan di ikuti Marc setelahnya.
“Berdiri di sana” wanita berkacamata itu melihat salah satu sisi ruangannya. “Kalian tahu mengapa kalian di panggil kemari?” ujar wanita yang merupakan kepala asrama Universitas of Gothenburg itu.
“Karena kesalahan saya dan Angela pagi ini” jawab Marc.
“Pintar. Sebagai hukumannya, saya minta kalian untuk merapikan ruang kerja saya. Tolong semua buku-buku dan berkas-berkas itu di rapikan. Mengerti?” tanya Mrs. Deasy sembari menatap keduanya.
“Mengerti” jawab Angela.
“Baiklah saya tinggal dahulu. Selamat bekerja” Mrs. Deasy meninggalkan ruang kerjanya.
“Huft, maafkan aku. Seharusnya aku tadi tidak menanyakan lukisanmu” ujar Marc menatap Angela.
“Tidak. Ini bukan sepenuhnya salahmu. Ini salah ku juga” Angela tersenyum. “Ayo cepat kita rapikan ruangan ini, sebelum Mrs. Deasy kembali” lanjut gadis itu. Angela berjalan menuju rak buku di sudut ruangan tersebut.
“Angela, jika kau kelelahan kau bisa duduk saja di sana biarkan aku yang merapikan semua ini” Marc menunjuk sebuah kursi di ruangan itu.
“Tidak Marc. Ini bukan hany salahmu, kau dan aku harus menjalankan hukuman ini bersama” Angela memutar penglihatannya menatap lelaki di belakangnya.
“Baiklah. Kita bagi tugas, aku yang merapikan buku dan kau merapikan berkas-berkas di rak itu” Marc tersenyum.
“Baiklah”
Belum sempat Angela mengambil berkas-berkas yang akan ia rapikan tiba-tiba Marc merintih kesakitan sembari memegangi telapak tangannya.
Mendengar rintihan Marc, Angela segera menghampiri lelaki itu. Di lihatnya luka yang cukup besar pada telapak tangan Marc.
“Marc. Apa yang terjadi padamu?” Angela membulatkan matanya. “Ya Tuhan. Gunakan ini, ayo cepat bungkus tanganmu agar darahnya berhenti mengalir” gadis itu menyodorkan sapu tangan yang ia ambil dari saku celananya. “Kau tunggu di sini, akan aku ambilkan kotak obat” dengan cepat Angela berjalan meninggalkan ruangan bercat putih tersebut.
Tak berapa lama gadis itu kembali sembari membawa kotak yang baru saja ia ambil dari UKS. “Sini, berikan tanganmu” Angela segera menutup luka lelaki di hadapannya menggunakan betadine dan perban. “Bagaimana, apakah sudah lebih baik?” Angela menatap Marc.
“Kelihatannya darahnya sudah tidak terlalu banyak lagi. Terima kasih” Marc tersenyum. “Ayo kita lanjutkan tugasnya” ajak Marc. Angela hanya menganggukkan kepala pertanda iya.
***
“Bagaimana, apakah telah selesai?” tanya Mrs. Deasy yang baru  saja kembali ke ruangannya.
“Sebentar lagi Mrs” jawab Angela.
“Baiklah, lanjutkan saja tugas kalian ya” Mrs. Deasy tersenyum ramah. “Ayo Mr. Henry silahkan masuk” ujar wanita itu kepada tamunya yang berdiri di luar ruangan. “Silahkan duduk” Mrs. Deasy mempersilahkan. “Oh iya maafkan mereka. Mereka itu mahasiswa yang tidak bisa menghargai saya, saat saya sedang berbicara di podium mereka juga ikut berbicara di barisannya” lanjut wanita yang juga merupakan dosen di Universitas of Gothenburg.
“Oh ya tidak masalah. Lagi pula mereka tidak menggangu, dan nampaknya mereka bukan mahasiswa di fakultas ku” Mr. Henry tersenyum. “Baiklah mana soal untuk ujiannya?” tanya Mr. Henry.
“Ya, mereka memang bukan mahasiswa mu. Ini, soalnya yang ini. Ada sekitar lima puluh soal” jawab Mrs. Deasy sembari menunjukkan beberapa kertas yang ia ambil dari sebuah map berwarna biru gelap.
“Angela, bukankah itu Mr. Henry dosen di fakultas desain grafis” ujar Marc pelan.
“Iya kau benar, lalu ada apa?” tanya Angela yang terlihat sedang menyusun beberapa ordner.
“Dia tadi mengatakan kalau akan ada ujian. Apakah mahasiswa desain grafis sebentar lagi akan ujian?” Marc mengernyitkan dahinya.
“Ya. Caroline juga mengatakan jika mereka sebentar lagi ujian. Kemarin dia menelfonku dan mengatakan untuk menunda pengambilan lukisan yang dia pesan karena dia ingin fokus pada ujiannya” Angela tersenyum.
Mendengar Angela menyebutkan nama gadis itu Marc yang sedang merapikan buku-buku di rak segera memutar pandangannya menatap Angela.
“Tunggu sebentar. Siapa yang menelfonmu?” Marc menatap Angela.
“Caroline” jawab Angela sembari terlihat memajukan bibir bawahnya. Di tatapnya lelaki itu dengan wajah yang sedikit bingung. “Ada apa denganmu Marc?” tanya gadis itu.
“Oh tidak. Tidak ada apa-apa” Marc terlihat gelagapan.
“Hm, nampaknya aku tahu. Kau mencintai Caroline bukan?” Angela menatap Marc.
“Ya. Oh tidak, tidak. Maksudku—“
“Kejar gadis impianmu. Aku yakin kau akan mendapatkannya” tangan Angela terlihat mengelus pelan pundak Marc. Sebelum kemudian gadis itu berlalu meninggalkan lelaki bermata coklat tersebut.
Marc tersontak mendengar ucapan Angela. Tubuh lelaki itu terlihat mematung seketika.



**BERSAMBUNG**

Komentar