Cast
:
⎈
Angela Smith
⎈
Marc Marquez
⎈
Jorge Lorenzo
⎈
Caroline Houtson
⎈
Other cast
Rating
: PG -
Genre
: Romance
Pagi
itu matahari telah menampakkan diri. Sinarnya telah dirasakan oleh semua
makhluk penghuni bumi terutama di daerah Gothenburg-Swedia. Semua masyarakat di
daerah tersebut nampak sibuk akan pekerjaan mereka masing-masing.
Angela
hari ini mendapatkan jam kuliah pagi. Gadis itu harus segera pergi ke kampus
agar dirinya tidak tertinggal bus. Maklum saja di daerah ini kendaraan untuk
mahasiswa masih terbilang cukup terbatas.
“Angela..”
suara lelaki itu seketika menghentikan langkah kakinya. Dengan segera gadis itu
memutar penglihatan menghadap sumber suara.
“Marc,
ada apa?” ujarnya sembari mengernyitkan dahi.
“Hmm.
Tidak.. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepadamu?” ujar lelaki berdarah
Spanyol itu.
“Apa?
Katakan saja sekarang atau aku akan tertinggal bus” Angela menatap intens Marc.
“Baiklah.
Apa kau mengenal gadis itu?” Marc menunjuk salah seorang gadis yang masuk ke
dalam bus di seberang sana.
“Ya.
Dia Caroline mahasiswi jurusan desain grafis” Angela menatap gadis yang baru
saja menempati kursinya itu. “Sudahlah aku tak punya banyak waktu untuk
membicarakan gadis itu. Apa ada hal lain lagi yang ingin kau tanyakan?” lanjutnya.
“Tidak.
Terima kasih. Selamat beraktifitas nona” Marc tersenyum sebelum kemudian
berlalu kembali ke asrama.
Melihat
lelaki itu mulai menjauh Angela segera bergegas menuju bus, ia tak mau kejadian
kemarin terulang kembali.
***
Setibanya
di kampus gadis itu segera menuju ruangan yang akan digunakannya pada mata
kuliah jam pertama pagi ini. Angela meletakkan tas ransel pada tempat duduknya.
Mata indah gadis itu menatap dua tempat duduk di belakang.
‘Ada
tasnya. Mereka dimana?’ batin Angela. ‘Kantin’ kata-kata yang melintas tanpa
sengaja di benaknya itu seolah menjadi jawaban atas pertanyaan batinnya
barusan.
Angela
yang terburu-buru keluar ruangan, tidak mengetahui jika dari arah berlawanan
ada seseorang yang juga sedang melintas. Gadis itu tanpa sengaja menabrak
lelaki yang terlihat membawa dua buah minuman pada kedua tangannya, alhasil
pakaian mereka terkena noda minuman tersebut.
“Sorry..”
ujar Angela pelan. Mata gadis itu tertuju pada pakaian lelaki di hadapannya.
Noda berwarna coklat terlihat cukup jelas di sana.
Tangan
Angela nampak ingin membersihkan noda tersebut. Atau mungkin saja tangan gadis
itu akan berhasil membersihkan noda kopi putih tersebut jika lelaki di depannya
tidak memundurkan langkah kakinya.
“No!”
ujar lelaki itu sembari menatap tajam wajah Angela.
Angela
tersontak mendengar suara lelaki yang merupakan kakak tingkatnya itu. Mata
gadis itu menatap bayangan lelaki yang perlahan mulai menghilang dari
pandangannya.
***
Langit
malam terlihat begitu indah, bulan pun nampak begitu sempurna. Benda angkasa
itu seperti ingin menunjukkan keindahan cahayanya kepada semua warga
Gothenburg. Namun nampaknya kali ini yang menjadi subjek utama bulan tersebut
untuk memamerkan cahayanya adalah mahasiswa yang menempati asrama Universitas
of Gothenburg. Ya, mereka yang menempati asrama itu di suguhkan pemandangan
yang cukup indah. Apalagi pada bagian belakang asrama yang terdapat sebuah
danau berukuran cukup besar ditambah langit malam yang begitu indah menjadikan
pemandangan malam ini sungguh sempurna.
Nampak
seorang gadis berada di taman belakang asrama Gothenburg. Gadis itu terlihat
sibuk dengan kanvas sedang yang sudah penuh warna di hadapannya.
“Hai.
Apakah aku mengganggumu sekarang?” tanya Marc menatap wajah Angela.
“Tidak”
jawab gadis itu sembari terus fokus pada lukisannya.
“Kedengarannya
baik” Marc tersenyum. “Hmm, apakah besok kau ada kegiatan atau acara lain?”
Lelaki itu menaikkan alis matanya.
“Aku
fikir tidak. Ada apa?” Angela menatap lelaki di sisi kanannya itu.
“Ada
beberapa buku yang harus aku cari sebelum ujian semester. Jadi, jika kau tidak
keberatan aku ingin mengajakmu untuk pergi ke toko buku. Bagaimana? Apakah kau
mau menemaniku?” Marc membalas tatapan Angela. “Ya, lagi pula aku belum begitu
paham dengan daerah ini” Marc tersenyum sempurna.
“Tidak
perlu berfikir seperti itu, aku sama sekali tidak merasa keberatan jika kau
ingin mengenal daerah ini” Angela membalas senyuman Marc.
“Haha.
Baiklah terima kasih” Marc terlihat sedikit memainkan mata coklatnya. “Kau
pandai melukis? Kalau aku boleh tahu lukisan siapa yang sedang kau kerjakan?”
mata Marc mencoba untuk melihat lukisan yang di kerjakan Angela.
“Oh,
tidak. Ini bukan apa-apa. Hanya.., hanya lukisan biasa” ujar gadis itu
terbata-bata. “Aku masuk dahulu ini sudah larut. Selamat malam” lanjut Angela
sembari membawa alat lukisnya bersamaan dengan lukisan yang belum selesai itu
menuju kamar tidurnya.
“Sudah
larut?” Marc melihat arloji hitamnya “Padahal ini baru pukul 8 malam. Huft,
ntahlah” lelaki itu terlihat menaikkan kedua pundaknya sebelum kemudian
berjalan menuju asrama laki-laki yang berada di seberang asrama wanita.
***
Mata
Angela seketika membulat sempurna saat melihat tiga anak laki-laki yang nampak
sedang bersantai di koridor asrama. Tanpa fikir panjang gadis itu segera
meletakkan terbalik kanvasnya di sisi tembok dan dengan cepat ia menghampiri
ketiga anak laki-laki itu.
“Permisi”
ujarnya pelan.
Mendengar
suara Angela ketiga lelaki itu seketika menghentikan tawa mereka. Aleix yang
merasa tidak mengenali wanita dihadapannya segera memasang tatapan intens
kepada Angela mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki gadis itu. Sesaat
kemudian lelaki itu terlihat saling menatap satu sama lain dengan Dani yang
juga terlihat tidak mengenali gadis di hadapan mereka.
“Maaf,
ada yang bisa di bantu?” Aleix tersenyum.
“Hmm,
aku hanya ingin men—“
Belum
sempat Angela melanjutkan kalimatnya, Jorge yang nampak mengenali suara gadis
itu segera berdiri menatap gadis di belakangnya. Dengan sigap lelaki itu
menarik pergelangan tangan Angela dan membawa gadis itu menuju tangga gedung
asrama wanita.
“Ada
apa?” tanya Jorge sembari menatap tajam Angela.
“Aku,
aku. Hmm aku hanya—“
“Ada
apa!?” Jorge menaikkan nada suaranya.
Angela
tersontak mendengar suara keras Jorge. ‘Ya Tuhan. Dia sangat membenciku’ batin
gadis itu.
“Aku
hanya ingin meminta maaf atas kejadian di kampus tadi pagi. Aku benar-benar
tidak sengaja. Aku tidak tahu jika kau sedang melintas di sana. Aku benar-benar
ingin meminta maaf” Angela tertunduk.
‘Hmm’
Jorge menarik nafas dalam-dalam. “Lain kali hati-hati” ujar Jorge singkat. Lelaki itu terlihat beberapa kali
mengusap-usap dahinya sebelum kemudian berlalu.
Angela
terdiam. Di tatapnya bayangan lelaki yang terlihat hampir menghilang dari
pandangannya itu dan dengan segera gadis itu menaiki satu per satu anak tangga
yang berada di sebelahnya.
***
Pagi
ini jalan raya terlihat begitu ramai. Sepertinya masyarakat di kota ini tidak
ingin menghabiskan penghujung minggunya hanya dengan berdiam diri rumah saja.
Semua kendaraan pribadi mereka terlihat berhamburan memenuhi jalan. Beberapa
penumpang bus terlihat sudah mulai mengeluh akibat jam perjalanan yang terasa
dua kali lebih lama dari biasanya.
Marc
berjalan menuju pintu bus. Tangan kirinya terlihat menggenggam tangan gadis di
belakangnya. Setelah melewati padatnya penumpang bus, mereka berdua akhirnya
berhasil menemukan pintu keluar dan segera menapakkan kaki pada trotoar jalan.
“Dimana
toko bukunya?” tanya Marc kepada Angela.
“Di
depan, sekitar tiga bangunan lagi dari sini” jawab Angela sembari menunjuk arah
yang dimaksudnya.
“Baiklah.
Ayo” Marc mempersilahkan Angela untuk berjalan lebih dahulu.
Setelah
melalui perjalanan yang tidak terlalu jauh mereka akhirnya tiba di toko buku
yang dimaksud Angela. Tanpa fikir panjang mereka langsung menuju ke lantai dua
tempat penjualan buku-buku mahasiswa.
“Marc,
silahkan cari buku yang kau inginkan. Aku ingin ke sana sebentar” Angela
berjalan berlawanan arah dengan Marc.
Mata
gadis itu terlihat begitu teliti membaca satu per satu judul buku di sana.
Hingga akhirnya Angela menemukan buku yang ia cari. Tapi, baru saja ia membaca
beberapa kalimat dari buku tersebut tiba-tiba Marc menghampirinya.
“Angela,
kau sedang apa?” Marc berbisik di telinga gadis itu.
Angela
yang sedang fokus pada isi bacaannya tersontak kaget.
“Marc!
Apa yang kau lakukan. Apa kau tidak lihat jika aku sedang membaca?” Angela
membulatkan matanya menatap Marc.
“Maafkan
aku. Aku tidak bermaksud mengganggumu. Apa kau menginginkan buku itu?” Marc
menunjuk buku yang di baca Angela.
“Hm,
tidak. Aku hanya ingin membacanya singkat. Lalu ada apa denganmu? Apakah kau
telah menemukan buku yang kau cari?” tanya Angela.
“Ya,
aku telah menemukannya. Tapi apakah kau mau membantuku untuk mencari buku yang
lainnya?” Marc balik bertanya.
“Tentu.
Tunggu sebentar” Angela segera meletakkan buku di tangannya pada rak tempat
buku itu semula. “Ayo” gadis itu menarik pelan pergelangan tangan Marc.
“Sekarang
buku apa yang belum kau temukan?” Angela menatap lelaki yang kini telah berada
satu langkah lebih jauh darinya.
“Kamus
visual tipografi” jawab Marc sembari sibuk mencari kamus yang dimaksudnya.
“Apa?”
Angela mengernyitkan dahinya. Gadis itu segera menghampiri Marc.
“Kau
sudah gila. Itu kamus untuk anak-anak fakultas seni rupa dan desain bukan
untukmu Marc!” geram Angela.
Marc
tersontak. “Oh bukan, maksudku buku, buku, buku praktek manajemen. Ya buku
praktek. Kau carikan saja buku praktek. Masalah kamus, hm, kamus itu hanya
untuk.. hm, untukku simpan. Ya, mungkin saja nanti ada yang memerlukannya” Marc
sedikit memaksakan senyum di wajahnya yang terlihat gugup.
“Hmm
baiklah. Terserah kau saja” di tatapnya singkat wajah Marc. Sebelum kemudian
gadis itu berjalan menuju buku-buku untuk fakultas ekonomi.
***
Tanpa
mereka sadari matahari sudah menuju ke tempat persembunyiannya. Itu artinya
hari sudah hampir gelap. Beberapa orang terlihat ingin menghabiskan sabtu
malamnya bersama pasangan mereka masing-masing.
Angela
dan Marc masih berada di dalam bus yang akan membawa mereka kembali ke asrama.
Mata mereka menatap objek yang menarik bagi mereka sendiri-sendiri.
“Maaf
kita hampir kemalaman” ujar Marc menatap gadis di sebelah kirinya itu.
“Tidak
apa-apa. Lagi pula ini akhir pekan jadi tidak ada aktivitas yang cukup padat
untuk besok” Angela tersenyum, sebelum kemudian gadis itu kembali menatap ke
arah luar jendela.
“Ya,
kau benar” Marc tersenyum. “Oh ya, mengapa kau tadi terlihat tidak senang di
saat aku membeli kamus tipografi?” lanjutnya.
Angela
tersontak dan segera memutarkan pandangannya ke arah Marc.
“Hmm
tidak. Tidak apa-apa. Aku hanya aneh melihatmu ingin membeli kamus itu. Lagi
pula anak-anak desain sering mengatakan mereka saja kurang paham dengan isi
dari kamus itu apalagi kau yang bukan jurusan desain. Bisa-bisa kau akan di
buat pusing olehnya” Angela tertawa.
Marc
ikut tertawa mendengar ucapan Angela. Mata lelaki itu menatap wajah Angela,
‘Gadis ini lucu jika sedang tertawa seperti ini’ batinnya.
***
Malam
ini Angela nampak sedang mencari sesuatu. Di temani kedua sahabatnya gadis itu
terlihat sibuk naik turun gedung asrama wanita.
‘Ya
Tuhan, cerobohnya aku. Mengapa hal ini bisa terjadi?’ batinnya.
“Apakah
kau telah menemukannya?” tanya Anne.
“Tidak.
Aku belum menemukannya” jawab Angela. ‘Ayo berfikir Angela, berfikir di mana
kau meletakkannya’ batin gadis itu sembari terlihat memegangi kepalanya.
“Oh
ya, aku ingat!” Angela tersenyum.
Dengan
cepat gadis itu menuruni anak tangga menuju koridor asrama di ikuti Anne dan
Grace. Sesampainya di tempat yang mereka tuju Angela terlihat memajukan bibir
bawahnya.
“Tidak
ada” ujar gadis itu kecewa.
Melihat
beberapa gadis yang nampak sedang kebingungan, Marc yang tengah melintas di
koridor segera datang dan coba untuk membantu.
“Hai
nona-nona, ada apa dengan kalian? Mengapa terlihat begitu buruk? Ada yang bisa
ku bantu?” tanya Marc tersenyum.
“Marc,
apakah kau melihat lukisan Angela?” Grace balik bertanya.
“Lukisan?
Lukisan apa? Aku tidak melihatnya sama sekali tidak melihat lukisan apapun”
jawab lelaki itu.
“Lukisan
yang ku kerjakan semalam Marc. Aku meletakkannya di sini tapi aku lupa mengambilnya,
dan sekarang lukisan itu sudah tidak ada” jelas Angela.
“Oh
lukisan yang semalam” Marc menghentikan kalimatnya. “Aku tidak melihatnya”
lanjut lelaki itu sembari menatap wajah gadis-gadis di hadapannya. “Baiklah,
akan ku bantu kalian untuk menemukannya” Marc tersenyum.
Semua
bagian asrama telah mereka telusuri. Mulai dari asrama wanita hingga asrama
pria, mulai dari bagian koridor hingga bagian belakang asrama. Tapi hasilnya
nihil. Mereka belum juga menemukan lukisan itu.
“Ini
semua akibat dari kau tidak ingin menunjukkan lukisan itu kepadaku” Marc
menatap gadis di sebelahnya.
“Maksudmu?”
Angela mengernyitkan dahinya.
“Tidak.
Bukan apa-apa” jawab Marc. “Tunggu sebentar. Itu..” Marc menunjuk objek di
taman belakang asrama.
Mata
Angela membulat sempurna saat melihat apa yang di tunjuk Marc.
“Bukannya
itu Caroline, dan itu—“
“Sudahlah,
bukan itu yang kita cari” Marc sedikit mengernyitkan dahinya. “Huft, Ayo
teruskan pencarian kita” Marc menarik pelan tangan Angela.
***
Matahari
telah keluar dari tempat persembunyiannya. Semua penghuni asrama Universitas of
Gothenburg sudah berhamburan memenuhi halaman asrama. Pagi ini mereka akan
melakukan kegiatan rutin di minggu terakhir setiap bulannya, yaitu pembersihan
asrama.
“Ayo
cepat semua berkumpul di sini” ujar Mrs. Deasy sembari membawa alat
kebersihannya. “Ya bagus. Aku rasa kalian memang sepantasnya seperti ini. Tidak
perlu di atur seperti anak kecil” lanjutnya. “Baiklah. Pagi ini seperti
biasanya kita akan melakukan—“
“Hust,
Angela.” Marc memanggil pelan gadis yang berada tiga baris di depannya.
Mendengar
panggilan Marc, Angela segera memutar penglihatannya.
“Ada
apa?” tanya gadis itu pelan.
“Apa
kau telah menemukan lukisanmu?” Marc balik bertanya. Mata lelaki itu terlihat
beberapa kali menatap Mrs. Deasy.
“Tidak.
Aku belum menemukannya. Aku benar-benar lupa di mana aku meletakkan lukisan
itu. Dan rencananya setelah kegiatan ini aku akan mencari lukisan itu kembali”
jawab Angela.
“Memangnya
itu lukisan apa? Mengapa begitu penting bagimu?” Marc menatap sekilas Mrs.
Deasy yang masih menjelaskan tentang kegiatan pagi ini.
“Kalian
paham?” tanya Mrs. Deasy.
“Ya,
itu sangat penting. Tapi, tidak. Itu bukan apa-apa” Angela tersenyum.
“Penting
tapi bukan apa-apa bagaimana maksudmu? Aku tidak mengerti” Marc mengernyitkan
dahinya.
“Marc!
Angela!? Apa yang kalian bicarakan?” Mrs. Deasy sedikit mendongakkan kepala
menatap keduanya. Semua manusia yang ada di halaman asrama itu pun ikut menatap
keduanya. Mendengar nama mereka di panggil Marc dan Angela tersontak. Seakan direncanakan
pula mereka pun terlihat menundukkan kepalanya bersamaan. “Baiklah, lakukan
tugas kalian dengan benar” lanjut Mrs. Deasy sembari menatap Marc dan Angela.
***
Waktu
telah menunjukkan pukul 8:30 AM. Semua mahasiswa terlihat cukup kelelahan dan pekerjaan
mereka pun nampak sudah selesai.
“Semuanya
kembali berkumpul di halaman utama” ujar Mrs. Deasy. “Terima kasih telah
melakukan kegiatan pagi ini dengan baik. Sembari menunggu sarapan yang sedang
di sediakan, kecuali Marc dan Angela kalian semua di persilahkan kembali ke
asrama untuk membersihkan tubuh kalian masing-masing” lanjutnya.
Marc
menatap Angela yang juga sedang menatapnya.
“Angela,
Marc. Ikut saya ke ruangan” ujar Mrs. Deasy yang berjalan lebih dahulu dari
keduanya.
Setibanya
mereka di ruangan Mrs. Deasy, Angela masuk terlebih dahulu dan di ikuti Marc
setelahnya.
“Berdiri
di sana” wanita berkacamata itu melihat salah satu sisi ruangannya. “Kalian
tahu mengapa kalian di panggil kemari?” ujar wanita yang merupakan kepala
asrama Universitas of Gothenburg itu.
“Karena
kesalahan saya dan Angela pagi ini” jawab Marc.
“Pintar.
Sebagai hukumannya, saya minta kalian untuk merapikan ruang kerja saya. Tolong
semua buku-buku dan berkas-berkas itu di rapikan. Mengerti?” tanya Mrs. Deasy
sembari menatap keduanya.
“Mengerti”
jawab Angela.
“Baiklah
saya tinggal dahulu. Selamat bekerja” Mrs. Deasy meninggalkan ruang kerjanya.
“Huft,
maafkan aku. Seharusnya aku tadi tidak menanyakan lukisanmu” ujar Marc menatap
Angela.
“Tidak.
Ini bukan sepenuhnya salahmu. Ini salah ku juga” Angela tersenyum. “Ayo cepat
kita rapikan ruangan ini, sebelum Mrs. Deasy kembali” lanjut gadis itu. Angela
berjalan menuju rak buku di sudut ruangan tersebut.
“Angela,
jika kau kelelahan kau bisa duduk saja di sana biarkan aku yang merapikan semua
ini” Marc menunjuk sebuah kursi di ruangan itu.
“Tidak
Marc. Ini bukan hany salahmu, kau dan aku harus menjalankan hukuman ini
bersama” Angela memutar penglihatannya menatap lelaki di belakangnya.
“Baiklah.
Kita bagi tugas, aku yang merapikan buku dan kau merapikan berkas-berkas di rak
itu” Marc tersenyum.
“Baiklah”
Belum
sempat Angela mengambil berkas-berkas yang akan ia rapikan tiba-tiba Marc
merintih kesakitan sembari memegangi telapak tangannya.
Mendengar
rintihan Marc, Angela segera menghampiri lelaki itu. Di lihatnya luka yang
cukup besar pada telapak tangan Marc.
“Marc.
Apa yang terjadi padamu?” Angela membulatkan matanya. “Ya Tuhan. Gunakan ini,
ayo cepat bungkus tanganmu agar darahnya berhenti mengalir” gadis itu menyodorkan
sapu tangan yang ia ambil dari saku celananya. “Kau tunggu di sini, akan aku
ambilkan kotak obat” dengan cepat Angela berjalan meninggalkan ruangan bercat
putih tersebut.
Tak
berapa lama gadis itu kembali sembari membawa kotak yang baru saja ia ambil
dari UKS. “Sini, berikan tanganmu” Angela segera menutup luka lelaki di
hadapannya menggunakan betadine dan perban. “Bagaimana, apakah sudah lebih
baik?” Angela menatap Marc.
“Kelihatannya
darahnya sudah tidak terlalu banyak lagi. Terima kasih” Marc tersenyum. “Ayo
kita lanjutkan tugasnya” ajak Marc. Angela hanya menganggukkan kepala pertanda
iya.
***
“Bagaimana,
apakah telah selesai?” tanya Mrs. Deasy yang baru saja kembali ke ruangannya.
“Sebentar
lagi Mrs” jawab Angela.
“Baiklah,
lanjutkan saja tugas kalian ya” Mrs. Deasy tersenyum ramah. “Ayo Mr. Henry
silahkan masuk” ujar wanita itu kepada tamunya yang berdiri di luar ruangan.
“Silahkan duduk” Mrs. Deasy mempersilahkan. “Oh iya maafkan mereka. Mereka itu
mahasiswa yang tidak bisa menghargai saya, saat saya sedang berbicara di podium
mereka juga ikut berbicara di barisannya” lanjut wanita yang juga merupakan
dosen di Universitas of Gothenburg.
“Oh
ya tidak masalah. Lagi pula mereka tidak menggangu, dan nampaknya mereka bukan
mahasiswa di fakultas ku” Mr. Henry tersenyum. “Baiklah mana soal untuk
ujiannya?” tanya Mr. Henry.
“Ya,
mereka memang bukan mahasiswa mu. Ini, soalnya yang ini. Ada sekitar lima puluh
soal” jawab Mrs. Deasy sembari menunjukkan beberapa kertas yang ia ambil dari
sebuah map berwarna biru gelap.
“Angela,
bukankah itu Mr. Henry dosen di fakultas desain grafis” ujar Marc pelan.
“Iya
kau benar, lalu ada apa?” tanya Angela yang terlihat sedang menyusun beberapa
ordner.
“Dia
tadi mengatakan kalau akan ada ujian. Apakah mahasiswa desain grafis sebentar
lagi akan ujian?” Marc mengernyitkan dahinya.
“Ya.
Caroline juga mengatakan jika mereka sebentar lagi ujian. Kemarin dia
menelfonku dan mengatakan untuk menunda pengambilan lukisan yang dia pesan
karena dia ingin fokus pada ujiannya” Angela tersenyum.
Mendengar
Angela menyebutkan nama gadis itu Marc yang sedang merapikan buku-buku di rak
segera memutar pandangannya menatap Angela.
“Tunggu
sebentar. Siapa yang menelfonmu?” Marc menatap Angela.
“Caroline”
jawab Angela sembari terlihat memajukan bibir bawahnya. Di tatapnya lelaki itu
dengan wajah yang sedikit bingung. “Ada apa denganmu Marc?” tanya gadis itu.
“Oh
tidak. Tidak ada apa-apa” Marc terlihat gelagapan.
“Hm,
nampaknya aku tahu. Kau mencintai Caroline bukan?” Angela menatap Marc.
“Ya.
Oh tidak, tidak. Maksudku—“
“Kejar
gadis impianmu. Aku yakin kau akan mendapatkannya” tangan Angela terlihat
mengelus pelan pundak Marc. Sebelum kemudian gadis itu berlalu meninggalkan
lelaki bermata coklat tersebut.
Marc
tersontak mendengar ucapan Angela. Tubuh lelaki itu terlihat mematung seketika.
**BERSAMBUNG**
Komentar
Posting Komentar